Bersama Pasti Bisa

Sebuah Refleksi Hidup

Misa Pemberkatan Minyak Krisma dan Orang Sakit serta Pembaharuan janji imamat para Imam.




Menunggu di keramaian



Lukas dan Rm Rektor (Rm.Sarju) lagi ngobrol.



Pedro lihat apa tuh?



Suasana seusai misa



with Rm. Hadiwijoyo, Pr.. Romo paroki Ps. Minggu



Axel, Lukas dan Romy mejeng bersama..

Andy dan Sisca berjalan mesra berduaan, mereka baru saja pulang dari gereja. Mereka memang sungguh pasangan ideal bila dilihat-lihat. Andy adalah anak pengusaha ternama pemilik tambang besar di Kalimantan, walaupun hidupnya berkecukupan namun ia tetap rendah hati dan tidak sombong. Banyak wanita yang jatuh hati padanya, namun tidak ada yang cocok dengan dirinya. Hingga suatu hari ia bertemu dengan Sisca. Sisca juga adalah seorang yang tidak jauh berbeda dengan Andy, hidupnya bisa dibilang cukup.
Andy dan Sisca bertemu di suatu Gereja di bilangan Blok B. Gereja Blok B memang terkenal tempat orang-orang kaya dan mampu. Mereka bertemu pada suatu acara bakti sosial dan mereka langsung saling jauh cinta. Ternyata mereka mempunyai kesenangan yang sama yaitu berbagi. Pertama-tama mereka memang hanya saling berhubungan lewat SMS atau telpon lama kelamaan mereka menjadi sering bertemu dan akhirnya menjalin kasihlah.
Saat mereka sedang berjalan, tiba-tiba mereka bertemu dengan dua orang pria berbadan tinggi dan berparas sangar. Siapa yang tidak takut dengan orang-orang seperti ini. Andy dan Sisca cuek saja melihat kedua laki-laki menyeramkan ini. Ternyata kedua orang itu adalah perampok jalanan bersaudara. Mereka sedang mengincar Andy dan Sisca untuk dirampok.
Kedua penjahat itu dengan cepat menyabet tas Sisca, untungnya Sisca memengang tas itu dengan erat dan diselempangkan pada badannya sehingga kedua penjahat itu gagal untuk mendapatkan tas itu. Andy dengan sigapnya dan gagah berani mencoba melawan kedua penjahat itu. Saat Andy mau melawan, kedua penjahat itu menjadi takut bahkan tidak berani memandang wajah Andy. Mereka takut melihat wajah Andy karena wajah Andy mirip dengan wajah kakak mereka. Kakak mereka adalah penjahat juga yang ditangkap karena merampok bank, ia mati ditembak ditempat. Andy dan Sisca pertama-tama bingung namun akhirnya mereka memberanikan diri untuk berbicara kepada kedua penjahat itu.
Kedua penjahat itu bernama Alfonsus dan Stefanus, mereka adalah saudara kembar. Mereka tiga bersaudara namun kakaknya sudah tiada sekarang. Alfonsus dan Stefanus ternyata adalah umat Katolik di gereja yang sama dengan Andy dan Sisca namun mereka jarang pergi ke gereja, itu dikerenakan mereka malu dengan status sosial mereka yang adalah penjahat. Walaupun mereka jarang ke gereja namun mereka rajin berdoa harian. Alfonsus dan Stefanus banyak bercerita tentang kehidupan mereka yang selama ini sulii, mereka sebenarya tidak mau menjadi penjahat. Tapi karena tuntutan ekonomi mereka menjadi melakukan hal itu. Mereka berdua tidak mempunyai kemampuan akademis yang mencukupi jadi banyak perusahaan maupun agen lowongan kerja yang menolak untuk bekerja.
Setelah mendengar hal itu Andy dan Sisca merasa iba dan ingin menolong kedua penjahat itu. Andy dan Sisca memutuskan untuk membantu mereka, mereka memberi bantuan tidak berupa uang maupun sembako tetapi berupa pekerjaan kepada kedua orang itu. Kedua orang itu diberi pekerjaan untuk membantu Andy dan Sisca selama bulan APP (Aksi Puasa dan Pembangunan) untuk menjadi pekerja di gereja Blok B selain itu mereka juga diberi pekerjaan untuk menjadi pelayan di toko milik ayah Sisca.
Kedua orang itu amatlah senang hati, tak bisa terbayangkan bagi diri mereka dapat mendapat pekerjaan. Andy dan Sisca pun senang dapat berbagi. Mereka menjadi merasa puas karena mereka dapat berbagi di masa Prapaskah ini. Andy dan Sisca tersenyum senang dan wajah puas pun tergambar pada diri mereka.

17 Maret 2011. Hari ini kubuka mataku pukul 05.00. Aku bersiap-siap sebelum pergi ke gereja SS. Petrus dan Paulus untuk misa harian. Setelah mandi aku siap untuk pergi ke gereja, aku berangkat menggunakan bajaj. Sesampainya aku di gereja aku langsung berdoa sejenak. Pk. 06.00 tepat misa pun dimulai. Rm. Bruno Herman Tjahja SJ memimpin misa pada pagi hari ini. Setengah jam misa pun berlangsung. Setelah misa selesai aku bersalaman dengan Rm. Padmaseputra SJ, Kami saling bercanda tawa sejenak. Setelah itu aku pulang. Hari ini adalah ulang tahunku yang ke 16. Aku mengundang teman-taman KPP main ke rumah untuk makan-makan. Aku bersiap-siap dirumah bersama mami. Makanan dan minuman pun disiapkan, kue serta cemilan pun sudah ada. Setelah mami berangkat aku mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Pukul 09.00 telpon bordering, ternyata Aryo menelpon bahwa ia sudah sampai ke gereja Mangga Besar karena kami janjian disana. Dengan cepat aku menggunakan bajaj menuju ke gereja, kami menuju balik ke rumah berjalan kaki. Pk 10.30 telpon bordering lagi ternyata Romy, Brillian dan Bias sudah sampai ke gereja juga. Aku segera menjemput mereka.
Sekitar pukul 12.00 Pedro juga sampai dirumah. Pk 13.00 Rama, Enjang dan Seto juga sampai. Yang terakhir sampai adalah Austin, Dogma dan Patrick. Patrick ku undang malam sebelumnya. Kami mulai makan pk 14.00. Kami makan babi, sayur cah dan lain-lain. Kami makan sampai kenyang, sambil tertawa dan berbincang kami makan bersama. Setelah itu kami berdoa bersama. Tiup lilin pun menjadi saat-saat yang lucu, di mana saya harus mengucapkan permohonan saya.
Setelah makan selesai Pk 16.00 teman-teman semua kuantar menuju Olimo tempat untuk naik kendaraan pulang. Mereka semua naik Busway. Romy hari ini sampai dua hari ke depan menginap dirumah. Setelah dari Olimo aku mengajak Romy berjalan keliling Mangga Besar. Setelah pulang kami mandi dan beristirahat sampai malam. Malam ini papi sedang pergi ke Merak bersama Om. Mami pulang membelikan makan mi goreng. Setelah makan kamipun beristirahat dengan lelap.
Hari ini sunggulah sangat bermakna, aku dapat berkumpul dengan teman-teman angkatanku. Persaudaraan kami menjadi semakin erat. Aku senang karena mereka semua mau datang ke rumahku. Tak terpikir bahwa acara ini dapat berjalan dengan lancar. Kemarin aku sempat berpikir bahwa acara ini tidak akan berhasil dan berjalan. Namun kuasa Tuhan lah yang menguatkan daku. Semoga hari ini membawa perubahan bagi hidupku di awal umurku yang baru ini.
Hari ini bacaan Kitab Suci yang amat cocok adalah Matius 7:7 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka kamu akan dibukakan”
segala sesuatu itu mungkin bila kita meminta dan percaya.

Jakarta, 30 Maret 2011

Kepada Yth.
Uskup Agung Jakarta
Mgr. Ignatius Suharyo, Pr
Di tempat

Salam,
Perkenankan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, nama saya Barry Ekaputra. Saya adalah seorang seminaris dari Seminari Wacana Bhakti, Keuskupan Agung Jakarta dan duduk di Kelas Persiapan Pertama. Saya menulis surat ini karena keprihatinan saya akan umat Katolik saat ini terutama umat di Keuskupan Agung Jakarta. Umat Di Keuskupan Agung Jakarta bisa dibilang cukup banyak dan sebagian besar umat sekarang ini telah menjadi manusia modern yang mengikuti arus jaman yang terpengaruh globalisasi dunia.
Banyak umat Katolik di Jakarta sekarang ini yang menanyakan iman mereka, bahkan banyak dari mereka yang tidak tahu makna sebenarnya mengapa mereka pergi ke gereja, apa itu ekaristi dan juga siapa Tuhan yang mereka imani. Hal ini terjadi mungkin karena keterbatasan tenaga imam atau biarawan/biarawati yang dapat membantu mereka. Banyak dari umat yang mengatakan bahwa iman mereka sulit dikembangkan karena mereka tidak tahu siapa yang bisa mereka cari bantuan baik untuk berkonsultasi maupun berbagi cerita tentang hal iman dan hal itu menyebabkan mereka pergi dari Gereja Katolik. Mereka hanya bertemu dengan para imam sebatas pada saat perayaan ekaristi saja, para imam paroki Jakarta saat ini memang sangat terbatas. 1 pastor di Jakarta untuk melayani 500 umat. Itu pekerjaan yang sangat sulit.
Mungkin dengan Bapak Uskup mengetahui hal ini, Bapak Uskup dapat mencari jalan keluar dari masalah ini. Banyak dari para umat yang mengatakan agar Bapak Uskup lebih menyapa mereka secara lebih personal sehingga mereka merasa terpanggil kembali menjadi seorang Katolik dan merasa terperhatikan sebagai orang Katolik. Secara personal bukan berarti perorangan namun maksudnya lebih dekat dan lebih meluangkan waktu untuk para umat. Bapa Uskup juga bila memungkinkan menyapa melewat lewat media elektronik baik lewat tulisan di situs-situs maupun mailing list yang sekarang ini marak di dalam kehidupan sehari-hari umat modern.
Kami para seminaris juga membutuhkan perhatian lebih dari Bapak Uskup, sebagai panutan atau contoh imam, Bapak Uskup sangat mempengaruhi kami. Kami butuh Bapak Uskup mendengarkan apresiasi kami sebagai seminaris. Kami sebagai seminaris dan nantinya akan menjadi seorang imam patutlah mendapat perhatian agar panggilan kami dapat berkembang dan mendapatkan panggilan yang sebenarnya sehingga kami dapat menjadi imam yang baik dan mengembalikan umat Katolik kepada jalan yang seharusnya.
Demikianlah surat yang saya tunjkan ini, semoga surat ini dapat menjadi pertimbangan Bapak Uskup untuk membangun keuskupan kita serta umat Katolik menjadi lebih baik lagi dan bekembang. ”Ad Maiorem Dei Gloriam”

Hormat Saya


Barry Ekaputra

Ku berjalan
Lewat suatu jalan
Tak kenal arah
Tak kenal jarak

Ku bertanya
Pada suatu tanda
Tak beri tahu
Di mana aku?

Ku coba maju
Tak ada tahu
Tak ada temu
Di mana aku?

Ku berseru
Tak ada dengar
Ku bertanya
Tak ada jawab

Tersesat laju
Tersesat haru
Mencari tahu
Di mana aku?

Hati ku pilu
Menangis deru
Hujan pun lalu
Berganti waktu

Suara gemuru
Panggil namaku
Tuhan lah itu
Menjawab aku

Memberi tahu
Dimana aku
Menuju suatu
Suatu yang baru

Dia menjawab
Tanpa tersendat
Itu Jalanmu
Jalan hidupmu

Perkenalkan, nama saya Barry Ekaputra dengan nama baptis Alexander. Saya adalah anak dari pasangan Yohanes Bambang Sudirman dan Felicia Rita Alianto. Saya lahir pada 17 Maret 1995 di Jakarta. Orang tua saya menikah pada bulan Februari tahun 1992 namun baru mempunyai anak pada tahun 1995. Sekarang ini saya bertempat tinggal di Jl. Kartini 9 No. 18 Rt. 14 Rw. 03, Jakarta Pusat 10750. Sejak TKK (Taman Kanak-Kanak) sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya bersekolah di Sekolah Santo Yoseph, Jl. Dwiwarna No. 1-3. Setelah lulus SMP saya memutuskan untuk melanjutkan studi di Seminari Wacana Bhakti (Sekolah calon imam), Jl. Pejaten Barat No. 10A. Saya adalah anak tunggal dan saya memberanikan diri untuk masuk seminari. Orang tua pertama-tama kaget namun akhirnya mengijinkan juga.
Orang tua saya adalah orang-orang yang sangat terbuka. Mereka saling terbuka satu sama lain. Ibu saya berkerja di PT. Indomobil (VOLVO) sejak sebelum saya lahir bahkan sebelum menikah, ayah saya berkerja di bidang kacamata. Dulu ayah saya sempat menganggur dan tidak berkerja sekitar 2 tahun. Selama 2 tahun itu ia bekerja sebagai tukang kaca mata panggilan. Siapa yang mau bikin kaca mata bisa menghubungi ayah saya. Sekarang ini ayah saya berkerja sebagai penjual softlense dan alat kaca mata walaupun hanya berkantor di rumah, namun hasil yang didapatkan cukup untuk menambah pemasukan keluarga. Ayah dan ibu saya berkenalan sejak masih duduk di jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama) mereka berdua bersekolah di Sekolah Budi Mulia. Namun mereka baru menjalin kasih sejak duduk di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas). Orang tua saya membesarkan diri saya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Mereka juga tidak pernah menunjukan kemarahan mereka secara berlebihan kepada saya, biasanya menegur dan memberikan contoh yang semestinya. Mereka juga mendidik saya untuk menjadi orang yang terbuka dan berani. Untuk hal terbuka itu dapat saya terapkan cukup baik selama ini, namun soal keberanian terkadang saya masih susah dan sungkan untuk menjadi orang yang berani. Saya adalah orang yang sangat tidak bisa melihat orang lain sedih dan kecewa. Saya juga ingin melihat orang lain selalu tersenyum dan tidak marah. Sampai sekarang saya masih menjadi orang yang seperti itu.
Sejak kecil saya memang tergolong anak yang cerewet dan suka bercerita itu semua karena saya di didik menjadi orang yang terbuka, jadi jangan kaget bila waktu saya bersekolah di Sekolah Santo Yoseph saya amat mengenal banyak orang. Kata orang, cara saya bercerita itu menarik perhatian orang dan sangat membuat orang penasaran. Makanya sejak SD saya dikenal sebagai “si cerewet” namun sejak SMP sampai sekarang saya mencoba mengurangi porsi kecerewetan saya walaupun terkadang masih susah dikendalikan.
Daerah tempat saya dibesarkan adalah daerah Mangga Besar, daerah yang tidak pernah mati. Di sini segala sesuatu tersedia dari mulai hal-hal positif sampai yang negatif juga ada. Namun walaupun begitu rasa kedekatan umat dengan Tuhan masih ada contoh kongkretnya adalah banyak rumah ibadah yang berada di daerah ini. Contohnya adalah Paroki saya. Paroki saya adalah Paroki SS. Petrus & Paulus, Mangga Besar yang digembalakan oleh para Pastor Jesuit. Sejak nenek saya menikah sampai saya menerima komuni pertama paroki inilah yang menjadi saksinya. Orang tua saya dinikahkan oleh Ps. B. Wonosunaryo, SJ ; Pastor ini jugalah yang membaptis sewaktu saya masih bayi. Setelah besar saya diberikan komuni pertama oleh Ps. Wahana Wegig, SJ. Selama saya menjadi umat dan misdinar di paroki ini pastor-pastor yang pernah berkarya adalah Ps. FX. Widyatmaka, SJ; Ps. M. Oei Goan Tjiang, SJ; Ps. B. Herman Tjahja, SJ; Ps. Wahana Wegig, SJ; Ps. A. Djitapandrija, SJ; Ps. Nicholaus Dibjakartana, SJ dan Ps. A. Padmaseputra, SJ.
Saya banyak dipengaruhi oleh para pastor tersebut, yang membuat saya tertarik untuk menjadi seorang imam adalah sosok Ps. FX. Widyatmaka, SJ dan Ps. A. Djitapandrija, SJ. Saya tertarik dengan sosok mereka karena mereka hidup menggereja secara terbuka dan tidak kolot, mau mengikuti arus jaman yang berat seperti sekarang ini. Mereka banyak memberikan saya masukan dan cerita-cerita mengenai kehidupan mereka selama menjadi seorang imam, cerita mereka amatlah menarik. Mereka juga mengatakan bahwa untuk menjadi seorang imam itu yang sangat penting adalah mau mengikuti Yesus juga kedisiplinan. Mereka juga tidak lupa tentang kemandiriian.
Kalau soal kemandirian saya ini bisa dibilang anak yang sudah mandiri dari kecil. Saya biasanya di rumah sendiri, ayah bekerja, ibu bekerja, apa-apa sendiri. Di rumah tidak menggunakan jasa pembantu, jadi apa-apa sendiri di rumah. Biasanya soal makan saya sudah dimasakin atau dibeliin oleh ibu saya. Pulang sekolah saya juga sendiri, tidak pakai dijemput. Pernah suatu hari terjadi kebakaran besar di depan rumah saya, saya sempat panik sendiri namun karena banyak yang tahu saya di rumah sendiri, banyak orang yang telpon dan datang untuk melihat keadaan saya. Saya amat senang karena masih ada yang perhatian dan ingat akan saya.
Sekarang ini saya menempuh pendidikan di Seminari Wacana Bhakti dalam Angkatan 24, banyak pengalaman yang saya dapat di seminari ini. Waktu tiga bulan pertama di seminari ini dan saya tidak boleh bertemu maupun berhubungan dengan orang tua saya itu merupakan tantangan yang sangat luar biasa. Beberapa minggu pertama memang menyedihkan namun akhirnya bisa terbiasa juga dan tiga bulan itu akhirnya terlewati dengan baik. Sekarang ini sudah bulan ke 9 saya berada di seminari ini. Saya sekarang telah menjadi orang yang benar-benar mandiri. Rohani saya pun menjadi kuat di seminari ini. Tak pernah dulu terpikirkan dalam hidup saya akan menjadi seminaris seperti ini. Namun panggilan Tuhan lah yang membawa saya sampai ke seminari ini. Sekarang ini telah dekat kenaikan kelas, kami angkatan 24 mulai bersiap diri. Semoga kami dapat naik kelas dan dapat menjadi imam-iman yang berkualitas. “Ad Maiorem Dei Gloriam”

Mangga Besar adalah sebuah daerah di Jakarta Barat yang terkenal akan dunia malamya. Saya adalah seorang saksi dari daerah yang terkenal ini. Sudah 15 tahun saya tinggal di daerah ini, bahkan nenek, kakek, ibu, bapak dan saudara-saudaranya lebih lama lagi tinggal di daerah ini. Mangga Besar merupakan daerah pusat tempat hiburan malam seperti discotik, pub, spa bahkan “hotel bintang goyang”. Banyak pula tempat-tempat prostitusi yang berada di daerah ini, bahkan tempat persinggahan para pelacur dan pekerja seks ada di sekitar tempat ibadah maupun sekolah-sekolah. Mangga Besar sering di kenal pula dengan nama kota yang tak pernah mati, pagi ramai, siang ramai, malam ramai bahkan subuh pun ramai. Pemandangan yang sangat mengasingkan memang bila tidak terbiasa. Di sepanjang jalan Mangga Besar terdapat penjual-penjual obat kuat dari yang impor sampai yang lokal, dari jenis yang paling murah sampai yang paling mahal. Di sepanjang jalan ini juga banyak Hotel-hotel yang menyediakan kamar-kamar murah, mereka menyediakan kamar untuk praktek prostitusi. Harga penyewaan kamar berkisar dari Rp. 150.000 sampai Rp. 1.500.000. Orang-orang sekitar daerah Mangga Besar menganggap hal ini bukanlah sesuatu yang tabuh, tetapi sesatu biasa. Jadi jangan kaget bila anda datang ke daerah ini anda akan disambut dengan pemandangan yang luar biasa memanjakan mata khususnya bagi kaum Adam. Rok pendek, baju terbuka, salam hangat bahkan kedipan mata yang sangat menggoda. Incaran para
Daerah Mangga Besar sudah sering menjadi bahan pembicaraan mulai dari kaum muda sampai kaum tua, dari masyarakat biasa sampai para pejabat. Ayah saya pernah bilang bahwa dulu daerah Mangga Besar sama seperti Kelapa Gading, namun karena daerah Kelapa Gading dan sekitarnya mulai berkembang banyak orang yang pindah ke daerah-daerah tersebut karena lebih strategis dan meyakinkan. Walapun begitu, pamor daerah Mangga Besar tidak pernah turun yaitu “KOTA HIDUP”. Kalau dalama Kitab Suci daerah ini bagaikan Sodom dan Gomora, kota yang dikutuk Yesus. Namun, dibalik hal ini semua masih banyak hal-hal positif yang terdapat di daerah ini. Daerah Mangga Besar juga merupakan tempat wisata kuliner, khususnya Chinese Food. Diantaranya seperti Kwetiauw Sapi 68, Kwetiauw Sapi Aciap, Bubur Agoan dan lain-lain. Harganya pun cukup terjangkau. Satu hal lagi yang sangat tidak bisa dilepaskan dari daerah Mangga Besar adalah daerah dengan mayoritas orang keturunan Tiong Hoa sampai 85%. Makanya banyak rumah ruko yang dibawah toko, diatas tempat tinggal.
Contoh kongkret kepositifan lainnya dari daerah Mangga Besar adalah kerukunan umat beragama. Di Mangga Besar terdapat banyak tempat ibadah seperti Vihara (karena mayoritas orang keturuan Tiong Hoa), Gereja Katolik, Gereja Protestan dan tentu saja Masjid. Gereja SS. Petrus dan Paulus, Mangga Besar adalah sebuah Gereja Katolik yang berdiri tahun 1940 dan berdiri diapit oleh 3 buah diskotik, walaupun begitu umat tetap banyak yang beribadah di tempat ini. Para pastor yang bertugas di gereja ini adalah para pastor Jesuit. Mereka tetap setia menggembalakan umat gereja ini dari awal berdiri sampai sekarang ini. Gereja Mangga Besar amat ramai bila pada perayaan Natal dan Paskah, umat beragama lain juga banyak yang membantu dalam kelancaran berjalannya acara ini.
Keberadaan diskotik-diskotik di Mangga Besar sebenarnya memiliki sisi positif juga, namun banyak orang yang hanya memandang sisi negatifnya. Diskotik di Mangga Besar menyumbangkan banyak pajak untuk pemerintah. Diskotik itu juga memberikan hiburan bagi para pendatangnya. Sebenarnya hiburan itu perlu, diskotik itu tempat berdansa dan menari tetapi orang menyelewengkannya menjadi ajang pencariian kepuasan nafsu maupun tempat jual beli barang-barang terlarang. Dulu tahun 2006 di daerah diskotik di sebelah Rumah Sakit Husada, Jalan Mangga Besar Raya pernah ada bom yang ditaruh di depannya. Walaupun belum sempat meledak namun kepanikan sudah merajalela. Sampai-sampai warga pun menjadi “parno”.
Diskotik-diskotik dan hotel-hotel ini tidak perlu lah ditutup, hanya perlu diawasi keberadaannya agar fungsi dari diskotik dan hotel ini dapat sejalan dengan kodratnya. Jangan sampai malah oknum-oknum yang berkuasa terjerumus juga dalam hal negatif ini. Sebaiknya pemerintah mengembangkan lagi daerah Mangga Besar menjadi tempat wisata ataupun tempat investasi. Akan baik bila pengembangan ini dimaksimalkan dan menjadi saingan dari daerah-daerah berkembang seperti Bumi Serpong Damai dan Kelapa Gading. Semoga.

About this blog

Hello, selamat datang di blog saya..
Saya membuat blog ini sebagai tempat merefleksikan diri dan berbagi pengalaman...
SELAMAT MEMBACA....

Total Pageviews

Pages

Powered By Blogger
Powered by Blogger.

Iklan Wacana Bhakti

Bergabunglah bersama kami di Seminari Wacana Bhakti

Followers

About Me

My Photo
Barry Ekaputra
View my complete profile