Bersama Pasti Bisa

Sebuah Refleksi Hidup

Hari Selasa, tanggal 28 Desember 2010 kami para seminaris asal Jakarta yang berdomisili di berbagai seminari mendapat undangan untuk hadir di acara temu seminaris Keuskupan Agung Jakarta. Ada yang berasal dari Seminari Wacana Bhakti, Jakarta; Seminari Stella Maris, Bogor dan Seminari Petrus Kanisius, Mertoyudan. Acara ini di adakan oleh Seminari Tinggi Keuskupan Agung Jakarta Yohanes Paulus II. Kami para seminaris diharapkan berkumpul di Gereja Katedral untuk misa bersama dulu pk 08.30. Misa kali ini dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Pr; Rm. Bambang Wiryo, Pr dan Rm. Petrus Simon Lily, Pr. Setelah misa selesai kami melanjutkan acara di Aula Sekolah Santa Ursula. Pertama-tama kami diajak untuk bermain tepuk tangan. Acara ini dibawakan oleh para frater Projo Jakarta. Setelah selesai acara dilanjutkan dengan sharing dari Rm. Bambang Wiryo, Pr. Tema pertemuan kali ini adalah "Peran Keluarga Dalam Panggilan". Rm. Bambang menceritakan bahwa ia adalah seorang anak yang lahir di belakang gereja jadi ABG (Anak Belakang Gereja). Ia lahir di belakang Gereja Bintaran. Ia juga bercerita bahwa ia masuk ke projo tanpa menggunakan test karena peran keluarga Rm. Bambang yang dulu adalah pengajar Romo-romo Yesuit di Jawa, ia langsung diterima. Ia pertama-tama memang merasa tidak bisa namun atas dorongan romo pembimbingnya ia tetap maju terus dan akhirnya sampai ke tahbisan imamat. Sudah 33 tahun ia menjadi seorang imam projo. Ia juga mengatakan bahwa kita harus punya target untuk masa depan kita, mau jadi apa loh kita itu.
Sharing kedua dibawakan oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Mgr menceritakan bahwa ia memiliki 2 orang tua yang berbeda karakter. Ibunya adalah orang yang kreatif sedangkan ayahnya adalah orang yang tekun, ia merasa bahwa sifat ayahnya lah yang banyak mempengaruhi watak Mgr. Saudara kandung Mgr hampir semuanya menjadi biarawan maupun biarawati. Orang tuanya selalu mendukung anak-anaknya itu. Orang tua Mgr selalu berpikir bahwa anak itu hanyalah titipan Allah dan harus kembali kepada Allah. Mgr dulu juga tidak pernah kepikiran untuk masuk seminari, namun karena ditawari oleh romo parokinya ia menjadi mau masuk seminari dan akhirnya menjadi imam dan uskup hingga sekarang. Sudah 34 tahun lamanya Mgr menjadi seorang imam.
Rm. Bambang dan Mgr merupakan kerabat baik sejak di Seminari Tinggi Kentungan, Rm. Bambang mengatakan bahwa Mgr itu adalah orang yang pintar dan pandai. Ia sering minta bantuannya dulu untuk membuat tugas, kata Romo Bambang, "YANG PENTING LULUS". Sambil tertawa.
Setelah sharing acara dilanjutkan dengan foto bersama dan makan siang. Setelah itu kami pun pulang....
Pengalaman yang sungguh menyenangkan.


Romo Anicetus Djitapandrija,SJ yang biasa dipanggil Romo Djito ini adalah seorang Romo sepuh yang sekarang berkarya di Gereja SS. Petrus dan Paulus, Mangga Besar. Ia sudah berkarya di gereja ini sejak tahun 2000, sudah 10 tahun lamanya. Romo yang masuk Serikat Yesus tahun 1962 dan ditahbiskan tahun 1971 ini memiliki banyak pengalaman yang sangat fantastik. Sebelum beliau menjabat sebagai romo kepala paroki ia pernah menjabat sebagai kepala Rektor Kolese Kanisius, Konsul Provinsial Jesuit Indonesia serta menjadi Ketua Pengurus Perkumpulan Strada dan Yayasan Bina Teknik/STM Strada. Di tempat ia berkarya sekarang ini ia bersama sama dengan 3 orang rekannya yaitu Rm. Bruno Herman Tjahja,SJ; Rm. Marinus Oei Goan Tjiang (Emeritus);dan Rm. Nicholaus Dibjakartana,SJ.
Romo Djito adalah sosok romo yang kreatif, terbuka, tegas dan rendah hati. Ialah yang banyak membantu saya dalam menapaki jalan saya sekarang ini di seminari. 10 tahun sudah lamanya Romo Djito berkarya di Gereja SS. Petrus dan Paulus, Mangga Besar kini ia akan dipindah tugaskan ke Paroki St. Anna, Duren Sawit.
Terima kasih Romo Djito atas penyertaanmu selama ini untuk paroki dan untuk diri saya sendiri. Tak banyak yang bisa kulakukan, hanya satu yang ingin kulakukan berterima kasih dan membanggakan Romo..

Semoga aku dapat mengikuti jejakmu mo....

Bu Pur, pengajar Bahasa Indonesia kami..
Seminari Wacana Bhakti merupakan sebuah tempat pendidikan para calon imam. Di tempat inilah banyak terjadi aktifitas pembelajaran. Pembelajaran di seminari tak lepas dari hubungan atau relasi antara para seminaris dan guru. Bila antara guru dan seminaris tidak dapat menjalin atau berinteraksi dengan baik, maka proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar dan baik. Di seminari khususnya guru tidak hanya memberikan pelajaran ilmu-ilmu pegertian saja tapi juga dalam ilmu-ilmu pengembangan pribadi serta intelektual. Guru sangat besar perananya di seminari. Di seminari selain dituntut untuk dapat hidup mandiri juga harus dapat hidup berelasi.
Di seminari proses pembelajaran dan belajar mengajar melibatkan banyak orang. Mulai dari prefek studi yang mengatur setiap kegiatan belajar dan mengajar yaitu Rm. Alis Windu Prasetya, SJ, sub prefek studi yang membantu prefek studi yaitu Fr. Khrisma Wibisono, SJ. Di seminari ada banyak guru dan mengajar pelajaran masing-masing dan berikut nama-nama mereka yang mengajar KPP (Kelas Persiapan Pertama) : Ibu Ch. Purwanti (Bahasa Indonesia), Bapak Fransiscus Xaverius Dharmono (Bahasa Latin), Ms. Puji (Bahasa Inggris), Ms. Biter (Bahasa Inggris), Fr. Yakin Cipta Mulya, Pr (Sejarah Gereja), Fr. Pramono, Pr (Liturgi), Bapak Bobby Roho (Pengantar Kitab Suci), Bapak Bambang Suardi (Cantus Vokal dan Teori), Bapak Haryono (Olahraga), Fr. Khrisma Wibisono, SJ (Agama), Rm. Hendro Subekti, SJ (Matematika), Ibu Helena (Matematika) dan Bapak Adianto (Fisika). Setelah KPP maka siswa seminari akan bergabung belajar dengan teman-teman di Gonzaga serta guru yang berbeda-beda. Mereka mempunyai cara mengajar dan watak yang berbeda-beda.
Proses belajar mengajar di Seminari Wacana Bhakti berlangsung dari pukul 07.00 s/d pukul 14.00 pada hari Senin sampai dengan Kamis dan pukul 07.00 s/d pukul 12.00 pada hari Jumat dan Sabtu. Terkadang ada beberapa guru yang terlambat atau tidak masuk, tetapi karena mereka memang guru yang bertanggung jawab mereka tetap memberikan tugas. Proses belajar mengajar di seminari tidak hanya pada pagi hari tetapi sore hari juga. Setiap hari Selasa dan Kamis ada pelajaran sore. Pada hari Selasa pelajaran Kelas KPP, 1, 2 dan 3 difokuskan pada Bahasa Inggris. Guru-guru dibagi dalam 4 kelas mereka adalah Ms. Biter (Kelas A), Ms. Rini (Kelas B), Ms. Puji (Kelas C) dan Mr. Him (Kelas D). Pada hari Kamis KPP tidak ada pelajaran sore tetapi kelas 1, 2, dan 3 ada pelajaran. Kelas 1 dengan Bapak Fransiscus Dharmono (Bahasa Latin), Kelas 2 dengan Rm. Hendo Subekti, SJ (Discernment) dan Kelas 3 dengan Rm. Charles, Pr (Imamat). Guru-guru pelajaran sore kebanyakan guru luar bukan dari Gonzaga tetapi ada juga yang dari Gonzaga, seperti Mr. Him dan Ms. Rini.
Interaksi antara guru dan seminaris terjadi di dalam kelas pada saat pelajaran. Selain di dalam kelas beberapa guru juga tetap saling berhubungan dengan seminaris melalui email. Karena beberapa guru memberikan tugas dengan email, bahkan seminaris juga perlu mengirimkan tugas melalui email, seperti tugas Fr. Yakin (Sejarah Gereja) dan Fr. Pramono (Liturgi). Kami para seminaris juga menjaga baik perkataan serta sikap terhadap guru dimanapun dan kapanpun. Seminaris selalu mencoba untuk menghargai guru sebaik-baiknya.
Hubungan ini pun berdampak banyak bagi para seminaris dan guru. Para seminaris mendapat dampak berupa bertambahnya ilmu mereka dari para guru, mendapatkan pengalaman baru lewat para guru serta pelajaran hidup moral yang berharga. Walaupun beberapa guru terkadang suka ”rada-rada nyentrik” dan cuek, tetapi mereka tetap perhatian kepada para seminaris. Dampak pada guru juga banyak, berupa bertambahnya pengalaman mereka dalam mengajar, mendapat dan mengenal murid-murid baru dan mengenal tipe-tipe murid. Dampak itu hampir semuanya positif tapi ada juga yang negatif antara lain karena cara mengajar yang cuek para seminaris menjadi kurang segan terhadap guru, malas membuat tugas dan tidak patuh.
Tiap-tiap guru dan seminaris mempunyai tipenya masing-masing. Tipe-tipe guru antara lain: ada guru yang nyentrik, mereka memakai pakaian yang ”rada aneh” terkadang, ada pula guru yang mengajar terlalu aktif, hingga terkadang mengeluarkan gerakan-gerakan aneh yang bagi para seminaris menjadi lucu, ada guru yang saat mengajar sabar sekali dan tidak pernah marah, ada guru yang mengajar dengan bercerita dan contoh-contoh kongkrit dan ada juga guru yang suka membuat para seminaris menjadi tertekan dan menjadi kurang bersemangat. Para seminaris juga memiliki tipenya masing-masing: ada yang suka mengantuk saat di kelas, ada yang sangat aktif dan rajin di kelas, ada yang suka melucu dan ada pula yang suka bertanya dikelas. Tipe-tipe para seminaris dan guru ini membuar kelas terasa ramai dan beragam serta tidak monoton atau kaku. Menambah pengalam serta pelajaran berharga. Tiap-tiap guru juga selalu memberikan pesan - pesan di setiap jam pelajaran.
Proses belajar mengajar bisa terjadi karena para seminaris ingin belajar dan para guru juga bersedia untuk mengajar. Para guru dan murid saling berbagi dan menerima. Tak ada guru yang egois. Para murid harus mau menerima guru sebaik-baiknya dan para guru harus dapat menerima murid-muridnya secara lapang dada. Tidak ada pembeda-bedaan maupun pengotak-ngotakan.
Para murid dan guru harus saling menghormati. Para guru di seminari banyak berperan dalam pengamatan rekomendasi bagi para seminaris. Para seminaris dituntut untuk berlaku baik dan tidak melawan guru. Tetapi untuk beradu argumentasi itu diperbolehkan dengan sumber serta bukti yang jelas serta menguatkan. Guru-guru juga terkadang memperbolehkan untuk bertanya sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan kita, walaupun terkadang mereka membatasi pertanyaan mereka tetap menjawabya dengan baik dan lengkap.
Hubungan guru dan seminaris sangat harus dijunjung tinggi dan harus berjalan dengan baik, bila tidak maka ilmu yang akan diberikan oleh para guru pun akan terhambat. Ilmu mereka sangatlah berguna bagi kita semua. Ilmu merekalah sumber pengetahuan bagi para seminaris. Ilmu merekalah yang membantu para seminaris dalam memenuhi pedoman seminaris yaitu Scientia (Pengetahuan).
Guru yang ideal bagi para seminaris adalah harus berakal budi, rapi, sopan, penuh perhatian, tidak malas dalam mengajar dan tidak cuek. Bila seorang guru malas, selengean, cuek, sering terlambat maka para seminaris pun akan mencontoh guru tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa para seminaris akan sangat mudah mengikuti contoh-contoh dari gurunya baik yang buruk maupun yang baik. Jadi para seminaris mengharapkan guru-guru yang seperti itu. Semoga para guru terus meningkat dan para seminaris juga terus bekerja sama dengan baik.

Pada hari Senin 13/12-2010 sampai 16/12-2010 saya, Barry dan teman – teman KPP Seminari Wacana Bhakti mengikuti retret di Biara Santa Clara, Pacet - Sindanglaya, Jawa Barat. Biara ini merupakan biara para suster dari Ordo Suster-suster Santa Clara (OSC). Kami berangkat dari seminari pukul 11.00 menggunakan bus secara bersama-sama dengan teman-teman kelas 1, 2 dan 3. Kami berhenti paling terakhir bersama kelas 3. Kami sampai di tempat retret pukul 14.30. Sesampainya di sana kami langsung beristirahat hingga menunggu sesi pertama Pk. 18.00. Retret kali ini kami didampingi oleh Rm. Andy dan Rm. Charles. Setelah mandi dan beristirahat kami memulai sesi pertama bersama Rm. Andy, di pertemuan kali ini Rm. Andy memberikan pembukaan retret serta tujuan dan peraturan retret kali ini. Rm. Andy mengatakan bahwa retret ini merupakan pengulangan kembali, mundur kembali untuk melihat kekurangan dan kelebihan diri kami masing-masing. Dengan tujuan agar memberikan pikiran dalam hidup, dan berusaha mundur dan memperbaiki kehidupan selanjutnya.
Di dalam ini ditekankan 4K yaitu yang pertama : Keheningan, selama seluruh acara kegiatan retret kami diharapkan untuk hening agar kami dapat mendapatkan pelajaran secara baik; yang kedua Keterbukaan, kami diharapkan untuk terbuka selama retret ini karena selama retret ini banyak terjadi sharing; yang ketiga Kerja Sama, kami harus saling kerja sama antara pembimbing dan peserta serta peserta dan peserta; dan yang keempat adalah Kedisiplinan, yaitu unutuk mengatur diri sendiri. Kami juga membagi kelompok untuk petugas harian selama di tempat rertret. Setelah selesai sesi pertama kami melanjutkan dengan makan malam. Setelah makan malam ada waktu kosong, selama waktu itu saya dan teman-teman saling bercakap-cakap. Setelah itu sesi kedua dibawakan oleh Rm. Charles. Sesi ini membahas tentang Pengalaman 6 Bulan di Seminari. Kami satu persatu mengungkapkan pengalaman menyenangkan maupun menyedihkan kami selama 6 bulan di seminari. Saya juga mengungkapkan juga pengalaman-pengalaman itu. Di akhir sesi Rm. Charles mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman itu baik yang menyenangkan maupun menyedihkan digunakan untuk mengembangkan diri lagi menjadi yang lebih baik lagi. Jadi sebuah pengalaman itu bukan hanya untuk dikenang tetapi juga untuk pelajaran.
Setelah sesi ke 2 selesai saya dan teman teman menutup acara pada malam itu dengan doa malam bersama - sama. Kami satu persatu disuruh maju ke depan altar untuk mengungkapkan perasaan pada hari pertama itu ketika sampai di tempat retret. Semuanya senang, saya juga senang karena dapat sampai di tempat retret ini. Dari hal ini saya mendapatkan bahwa saat sesuatu hal sedikit pun apapun yang terjadi pasti memiliki kesan tersendiri pada diri kita masing-masing. Doa malam pada hari ini mengunakan cerita Nikodemus yang dipanggil Tuhan sama seperti kami yang juga dipanggil Tuhan dan mau mencoba menanggapinya.
Pada malam itu saya banyak merefleksikan banyak hal bahwa kegiatan retret ini pasti memiliki banyak makna, saya belajar banyak hal walaupun baru beberapa jam sampai di tempat itu. Setelah selesai ibadat kami melajutkan dengan acara tidur. Saya tidur di kamar No. 9. Kami tidur sendiri sendiri.
Keesokan harinya tanggal 14/12-2010 kami harus bangun pk. 06.00 untuk mempersiapkan diri sebelum misa pagi pk. 06.30. Misa pagi hari ini memperingati Santo Yohanes dasi Salib. Misa hari ini dipimpin oleh Rm. Charles. Ia mengatakan agar kita harus meneladani semangat Santo Yohanes dari Salib dan perlu mencontoh perilaku-perilaku mulianya itu. Setelah acara misa kami melanjutkan dengan makan pagi, makanan di tempat retret ini tergolong enak sama seperti di seminari dan juga tergolong banyak. Setelah makan kami melanjutkan acara sesi ke 3 yang dibawakan oleh Rm. Andy. Di sesi ini kami melakukan sharing masing-masing tentang keluarga kami masing-masing dan sikap-sikap kami yang dipengaruhi oleh orang tua kami. Saya mendapat giliran pertama, pertama kali deg-degan namun akhirnya bisa melewatinya dengan baik. Saya menceritakan tentang sikap sikap saya yang mirip dengan ibu saya, juga dengan ayah saya. Setelah sesi ketiga ini selesai saya mendapatkan inti sesi tersebut bahwa kita itu dibangun dari keluarga. Sesi ketiga selesai kami melanjutkan dengan potus. Setelah potus dan beristirahat sebentar kami melanjutkan sesi keempat yang dibawakan oleh Rm. Charles
Rm. Charles membawakan sesi ini dengan tema Correctio Fraterna ( Memperbaiki Persaudaraan ). Sesi ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara kami perangkatan. Saya sangat degdegan, saya dan teman-teman disuruh menuliskan hal-hal positif dan negatif teman-teman seangakatan satu persatu. Kami diberi waktu 40 menit untuk menuliskannya. Setelah selesai menuliskannya sendiri-sendiri kami membacakannya di depan orang yang bersangkutan. Setiap orang yang maju pasti merasa grogi. Dari hal ini saya mendapat banyak hal. Saya belajar untuk lebih menghargai orang lain, mau menerima orang lain dan juga mau mencoba untuk mengembangkan hal-hal negatif menjadi positif dan mengembangkan hal-hal positif menjadi lebih baik lagi. Saya mendapatkan banyak refleksi dari hal ini. Semoga dapat berarti bagi diri kami.
Setelah selesai maju semua kami melanjutkan dengan istirahat tidur siang. Kami tidur hingga pk 16.00 dan menggunakan waktu setelah bangun untuk mandi dan potus. Pukul 17.00 kami memulai sesi selanjutnya. Sesi kelima ini dibawakan oleh Rm. Andy. Pada sesi ini mengambil tema memperbaiki diri. Sebelum kami memulai sesi kami diajak untuk melakukan permainan yaitu kami semua ditutup matanya dan mencoba mencari suara lonceng setelah itu kami memulai sesi tersebut dengan menonton beberapa video. Video pertama mengenai seorang wanita yang mengikuti audisi menyanyi namun menyanyikan lagunya dengan pelafalan syair yang salah, sang penyanyi tersebut tidak mau mencoba memperbaikinya walaupun sudah diperingati dari video ini saya mendapatakan makna bahwa bila sesorang yang mau berusaha namun tidak mau mendengarkan orang lain akhirnya akan sia-sia. Video kedua mengenai tentang 3 orang yang berada di ekskalator mati, namun mereka tidak mau jalan saja melewati ekskalator tersebut. dari video ini saya mendapatkan makna bahwa seseorang bila mau mencapai sesuatu harus berusaha, jangan hanya mengandalakan orang lain. Kami juga menonton video tentang seorang pelari yang karena kecelakaan harus kehilangan bakatnya kaarena sebuah kecelakaan, dia merasa depresi namun akhirnya ia mulai berusaha untuk bangkit setelah melihat berita tentang seorang anak yang terkena kecelakaan. Ia menjadi motivator anak itu, setelah itu ia juga mulai berusaha untuk mengembalikan bakatnya itu walaupun harus dengan penuh kekurangan dan ia pun berhasil. Dari video ini saya mendapatkan makna bahwa dari kekurangan bisa muncul keberhasilan yang besar. Bukan hanya dari kelebihan kita bisa berprestasi namun dari kekurangan juga. Setelah selesai menonton video kami disuruh untuk menuliskan perubahan apa yang mau kami perbuat dan bagaimana cara mewujudkan hal itu.
Sesi ini selesai pk. 18.30 kami melanjutkan dengan makan malam. Setelah makan malam kami melanjutkan dengan sesi selanjutnya yaitu pertobatan yang dibawakan oleh Rm. Charles. Kami diajak untuk merenungkan kesalahan-kesalahan di seminari lewat meditasi. Setelah meditasi kami melanjutkan dengan sakramen tobat satu persatu. Setelah tobat selesai kami menutup hari itu dengan doa singkat dan menutup hari itu dengan tidur dalam keheningan. Saya merasa amat lega sekali setelah melakukan sakramen tobat, serasa bebas dari belenggu dosa. Rm. Charles juga mengatakan bahwa dendam yang dipendam dalam hati dapat menyebabkan penyakit pada masa depan.
Keesokan hari 15/12-2010, hari ketiga kami bangun sama seperti hari kemarinya setelah mandi kami melanjutkan misa yang dipimpin oleh Rm. Andy. Setelah misa selesai kami melanjutkan dengan makan pagi. Kami memulai sesi selanjutnya, sesi ketujuh pada pk 08.00. Sesi ini dibawakan oleh Rm. Charles mengenai Yesus memanggil dan memilih. Di sesi ini Rm. Charles menegaskan bahwa kita semua itu dipanggil dan dipilih Yesus untuk menjadi pelayannya. Kita terus menerus mencoba berelasi. Kita harus mempunyai rasa ingin tinggal dengan Kristus. Kami diajak untuk merefleksikan 4 buah bacaan dan memilih salah satu yang sesuai dengan panggilan kami masing-masing. Bacaannya antara lain Markus 3:13-19 ( Yesus memanggil kedua belas rasul ), Yohanes 1: 35-51 ( Murid-murid Yesus yang pertama ), Matius 19: 16-26 ( Orang muda yang kaya ) dan Matius 4: 18-22 ( Yesus memanggil murid-murid yang pertama ). Saya sendiri memilih Matius 4: 18-22 karena sesuai dengan panggilan saya. Dari hal ini saya mendapatkan makna bahwa dalam hidup ini Yesus memanggil kita dengan cara yang berbeda-beda dan Yesus-lah yang memilih kita bukan kita yang memilih Dia.
Setelah sesi ini selesai dan dilanjutkan potus kami memulai sesi selanjutnya yaitu sesi kedelapan, yaitu syarat-syarat mengikuti Yesus. Sesi ini dibawakan oleh Rm. Andy. Sesi ini menggambarkan bagaimana cara-cara agar kita dapat mengikuti Yesus. Kami diajak untuk mencoba merenungkan yang berhubungan dengan mengikuti Yesus dari kitab suci. Bacaan yang diambil dari Matius 10 : 37-39. Hal ini menggamabarkan 4 cara mengikuti Yesus: Yang pertama, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku: dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” ( Mat 10: 37 ). Kita harus mengasihi Tuhan lebih dari apapun, bila kita ingin mengikuti-Nya kita harus lebih mencintai dan memprioritaskannya. Yang kedua, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” ( Mat 10: 38 ). Bila kita mau mengikutinya kita harus mau melakukan apapun yang dikehendakinya, seberat apapun dan sesulit apapun. Kita harus berani melewatinya. Yang ketiga, ”Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya ( Mat 10: 39 ). Dari kutipan yang ketiga ini Yesus mau mengatakan bahwa bilak ita hanya mau mencari aman dan tidak mau berusaha sebaik-baiknya maka tak berarti apapun bagi Tuhan. Setelah merenungkan hal itu saya dan teman-teman yang lain diajak untuk jalan di labirin memutar yang terbuat dari tali di labirin itu ada gambar gambar proses kita dalam mengikuti Yesus, di akhir labirin tersebut kami harus berdoa. Di akhir sesi ini saya mencoba merefleksikan hal tersebut dan menggabungkan hal itu dengan pengalaman saya. setelah sesi berakhir kami melanjutkan dengan makan siang.
Setelah makan siang, beristirahat tidur, potus dan mandi kami melanjutkan acara sesi selanjutnya yang dibawakan oleh Rm. Charles mengenai Godaan dan Tantangan. Sesi ini bertujuan untuk : 1) Mengenal godaan dalam diri, 2) Dapat menantang/melewati godaan dalam hidup. Rm Charles mengatakan bahwa godaan dan tantangan juga terdapat pada kitab suci contohnya: iblis menggoda Hawa akan pengetahuan/pengertian, Yesus digoda 40 hari 40 malam, Yudas Iskariot digoda uang, Daud menikahi Betsyeba, Yusuf Kofifar. Godaan tidak hanya terjadi pada jaman sekarang tapi pada jaman kitab suci juga. Kami diajak untuk mencoba menuliskan godaan-godaan yang pernah kami alami dan bagaimana cara menghadapinya. Dari semua itu dapat disimpulkan bahwa godaan dan tantangan itu merupakan hal wajar, namun kita diajak untuk dapat melewatinya agar hidup kita dapat berarti dan bermakna. Setelah sesi ini berakhir kami melanjutkan dengan makan malam.
Sesi terakhir pada hari itu mengenai tentang merancang masa depan. Sesi ini diisi oleh Rm. Andy. Di sesi ini kami diajak untuk memonoton video Laskar Pelangi dan video mengenai latihan American Football. Dari kedua video ini kami diajak untuk merenungkan bahwa masa depan itu dipengaruhi oleh kemauan dan semangat kita dalam membangunnya. Setelah selesai nonton video kami disuruh untuk menggambarkan kemauan kami di masa depan bila menjadi seorang imam. Keinginan yang saya inginkan adalah Menghargai Perbedaan. Kami juga diajak untuk mensharingkannya. Setelah sharing kami juga mengadakan sedikit permainan sebagai penutup sesi dan juga penutup hari itu, permainan ini adalah mengangkat teman kita ke atas lalu teman kita itu mengungkapkan keinginanya. Dari permainan ini saya mendapatkan makna bahwa kita harus mau menjunjung tinggi keinginan kita itu setinggi-tingginya dengan bantuan orang lain maupun diri sendiri. Setelah itu kami tutup dengan doa.
Hari terakhir, Kamis 17/12-2010 kami bangun seperti biasa namun misa diadakan pk 10.00 sebagai penutup retret, jadi kami hanya mengadakan meditasi. Setelah meditasi selesai kami melanjutkan dengan makan pagi. Makan pagi selesai dan dilanjutkan dengan sesi kesebelas yaitu inti atau rangkuman dari retret tersebut. Dari retret ini saya mendapatkan banyak hal dari tentang menghargai sesama, menghargai perbedaan, cara-cara mengikuti Yesus, dan lain-lain. Saya dan juga teman-teman menuliskan hal-hal itu juga di sebuah kertas. Setelah sesi itu tersebut selesai kami potus dan menutup retret itu dengan misa. Di misa ini Rm. Andy mengajak kita untuk banyak berubah setelah retret ini. Setelah misa ini selesai kami makan siang lalu pulang. Kami pulang sendiri menggunakan angkutan umum. Semoga retret ini dapat memberikan perubahan bagi diri saya dan teman-teman.

About this blog

Hello, selamat datang di blog saya..
Saya membuat blog ini sebagai tempat merefleksikan diri dan berbagi pengalaman...
SELAMAT MEMBACA....

Total Pageviews

Pages

Powered By Blogger
Powered by Blogger.

Iklan Wacana Bhakti

Bergabunglah bersama kami di Seminari Wacana Bhakti

Followers

About Me

My Photo
Barry Ekaputra
View my complete profile