Bersama Pasti Bisa

Sebuah Refleksi Hidup

Bu Pur, pengajar Bahasa Indonesia kami..
Seminari Wacana Bhakti merupakan sebuah tempat pendidikan para calon imam. Di tempat inilah banyak terjadi aktifitas pembelajaran. Pembelajaran di seminari tak lepas dari hubungan atau relasi antara para seminaris dan guru. Bila antara guru dan seminaris tidak dapat menjalin atau berinteraksi dengan baik, maka proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar dan baik. Di seminari khususnya guru tidak hanya memberikan pelajaran ilmu-ilmu pegertian saja tapi juga dalam ilmu-ilmu pengembangan pribadi serta intelektual. Guru sangat besar perananya di seminari. Di seminari selain dituntut untuk dapat hidup mandiri juga harus dapat hidup berelasi.
Di seminari proses pembelajaran dan belajar mengajar melibatkan banyak orang. Mulai dari prefek studi yang mengatur setiap kegiatan belajar dan mengajar yaitu Rm. Alis Windu Prasetya, SJ, sub prefek studi yang membantu prefek studi yaitu Fr. Khrisma Wibisono, SJ. Di seminari ada banyak guru dan mengajar pelajaran masing-masing dan berikut nama-nama mereka yang mengajar KPP (Kelas Persiapan Pertama) : Ibu Ch. Purwanti (Bahasa Indonesia), Bapak Fransiscus Xaverius Dharmono (Bahasa Latin), Ms. Puji (Bahasa Inggris), Ms. Biter (Bahasa Inggris), Fr. Yakin Cipta Mulya, Pr (Sejarah Gereja), Fr. Pramono, Pr (Liturgi), Bapak Bobby Roho (Pengantar Kitab Suci), Bapak Bambang Suardi (Cantus Vokal dan Teori), Bapak Haryono (Olahraga), Fr. Khrisma Wibisono, SJ (Agama), Rm. Hendro Subekti, SJ (Matematika), Ibu Helena (Matematika) dan Bapak Adianto (Fisika). Setelah KPP maka siswa seminari akan bergabung belajar dengan teman-teman di Gonzaga serta guru yang berbeda-beda. Mereka mempunyai cara mengajar dan watak yang berbeda-beda.
Proses belajar mengajar di Seminari Wacana Bhakti berlangsung dari pukul 07.00 s/d pukul 14.00 pada hari Senin sampai dengan Kamis dan pukul 07.00 s/d pukul 12.00 pada hari Jumat dan Sabtu. Terkadang ada beberapa guru yang terlambat atau tidak masuk, tetapi karena mereka memang guru yang bertanggung jawab mereka tetap memberikan tugas. Proses belajar mengajar di seminari tidak hanya pada pagi hari tetapi sore hari juga. Setiap hari Selasa dan Kamis ada pelajaran sore. Pada hari Selasa pelajaran Kelas KPP, 1, 2 dan 3 difokuskan pada Bahasa Inggris. Guru-guru dibagi dalam 4 kelas mereka adalah Ms. Biter (Kelas A), Ms. Rini (Kelas B), Ms. Puji (Kelas C) dan Mr. Him (Kelas D). Pada hari Kamis KPP tidak ada pelajaran sore tetapi kelas 1, 2, dan 3 ada pelajaran. Kelas 1 dengan Bapak Fransiscus Dharmono (Bahasa Latin), Kelas 2 dengan Rm. Hendo Subekti, SJ (Discernment) dan Kelas 3 dengan Rm. Charles, Pr (Imamat). Guru-guru pelajaran sore kebanyakan guru luar bukan dari Gonzaga tetapi ada juga yang dari Gonzaga, seperti Mr. Him dan Ms. Rini.
Interaksi antara guru dan seminaris terjadi di dalam kelas pada saat pelajaran. Selain di dalam kelas beberapa guru juga tetap saling berhubungan dengan seminaris melalui email. Karena beberapa guru memberikan tugas dengan email, bahkan seminaris juga perlu mengirimkan tugas melalui email, seperti tugas Fr. Yakin (Sejarah Gereja) dan Fr. Pramono (Liturgi). Kami para seminaris juga menjaga baik perkataan serta sikap terhadap guru dimanapun dan kapanpun. Seminaris selalu mencoba untuk menghargai guru sebaik-baiknya.
Hubungan ini pun berdampak banyak bagi para seminaris dan guru. Para seminaris mendapat dampak berupa bertambahnya ilmu mereka dari para guru, mendapatkan pengalaman baru lewat para guru serta pelajaran hidup moral yang berharga. Walaupun beberapa guru terkadang suka ”rada-rada nyentrik” dan cuek, tetapi mereka tetap perhatian kepada para seminaris. Dampak pada guru juga banyak, berupa bertambahnya pengalaman mereka dalam mengajar, mendapat dan mengenal murid-murid baru dan mengenal tipe-tipe murid. Dampak itu hampir semuanya positif tapi ada juga yang negatif antara lain karena cara mengajar yang cuek para seminaris menjadi kurang segan terhadap guru, malas membuat tugas dan tidak patuh.
Tiap-tiap guru dan seminaris mempunyai tipenya masing-masing. Tipe-tipe guru antara lain: ada guru yang nyentrik, mereka memakai pakaian yang ”rada aneh” terkadang, ada pula guru yang mengajar terlalu aktif, hingga terkadang mengeluarkan gerakan-gerakan aneh yang bagi para seminaris menjadi lucu, ada guru yang saat mengajar sabar sekali dan tidak pernah marah, ada guru yang mengajar dengan bercerita dan contoh-contoh kongkrit dan ada juga guru yang suka membuat para seminaris menjadi tertekan dan menjadi kurang bersemangat. Para seminaris juga memiliki tipenya masing-masing: ada yang suka mengantuk saat di kelas, ada yang sangat aktif dan rajin di kelas, ada yang suka melucu dan ada pula yang suka bertanya dikelas. Tipe-tipe para seminaris dan guru ini membuar kelas terasa ramai dan beragam serta tidak monoton atau kaku. Menambah pengalam serta pelajaran berharga. Tiap-tiap guru juga selalu memberikan pesan - pesan di setiap jam pelajaran.
Proses belajar mengajar bisa terjadi karena para seminaris ingin belajar dan para guru juga bersedia untuk mengajar. Para guru dan murid saling berbagi dan menerima. Tak ada guru yang egois. Para murid harus mau menerima guru sebaik-baiknya dan para guru harus dapat menerima murid-muridnya secara lapang dada. Tidak ada pembeda-bedaan maupun pengotak-ngotakan.
Para murid dan guru harus saling menghormati. Para guru di seminari banyak berperan dalam pengamatan rekomendasi bagi para seminaris. Para seminaris dituntut untuk berlaku baik dan tidak melawan guru. Tetapi untuk beradu argumentasi itu diperbolehkan dengan sumber serta bukti yang jelas serta menguatkan. Guru-guru juga terkadang memperbolehkan untuk bertanya sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan kita, walaupun terkadang mereka membatasi pertanyaan mereka tetap menjawabya dengan baik dan lengkap.
Hubungan guru dan seminaris sangat harus dijunjung tinggi dan harus berjalan dengan baik, bila tidak maka ilmu yang akan diberikan oleh para guru pun akan terhambat. Ilmu mereka sangatlah berguna bagi kita semua. Ilmu merekalah sumber pengetahuan bagi para seminaris. Ilmu merekalah yang membantu para seminaris dalam memenuhi pedoman seminaris yaitu Scientia (Pengetahuan).
Guru yang ideal bagi para seminaris adalah harus berakal budi, rapi, sopan, penuh perhatian, tidak malas dalam mengajar dan tidak cuek. Bila seorang guru malas, selengean, cuek, sering terlambat maka para seminaris pun akan mencontoh guru tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa para seminaris akan sangat mudah mengikuti contoh-contoh dari gurunya baik yang buruk maupun yang baik. Jadi para seminaris mengharapkan guru-guru yang seperti itu. Semoga para guru terus meningkat dan para seminaris juga terus bekerja sama dengan baik.

1 comments:

Seminari kuuuu! Wacana bhakti, tetap dihati. Terimakasih fr. BARRY, atas tulisan yang indah ini!

Post a Comment

About this blog

Hello, selamat datang di blog saya..
Saya membuat blog ini sebagai tempat merefleksikan diri dan berbagi pengalaman...
SELAMAT MEMBACA....

Total Pageviews

Pages

Powered By Blogger
Powered by Blogger.

Iklan Wacana Bhakti

Bergabunglah bersama kami di Seminari Wacana Bhakti

Followers

About Me

My Photo
Barry Ekaputra
View my complete profile