Tanggal 22 Agustus 2013 merupakan hari yang sangat berbahagia
karena ada 9 orang Diakon yang ditahbisikan menjadi imam. 8 orang Imam Diosesan
Keuskupan Jakarta dan 1 orang Imam CICM. Kami komunitas Seminari Menengah
Wacana Bhakti menghadirinya beramai-ramai. Kami berangkat dari seminari pk
14.30 dengan menggunakan bus pariwisata, perjalanan kami lewati dengan cepat
dan juga lancar. Tahbisan akan dilaksanakan di Paroki St. Arnoldus Janssen,
Bekasi. Saat kami akan memasuki lahan parkir sempat ada sedikit kendala karena
pintu masuknya kurang begitu lebar, namun setelah beberapa waktu kami berhasil
masuk ke lahan parkir. Kami sampai di sana sekitar pk 16.00, kami langsung
menuju ke dalam gereja. Kami mendapatkan tempat di sebelah kiri altar di tempat
frater-frater. Kami bersyukur mendapatkan tempat yang cukup strategis.
Misa dimulai pk
17.00, para imam mengawali barisan perarakan masuk disusul para Diakon yang
akan ditahbis dan Bapak Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo sebagai
pentahbis. Saat lagu pembukaan dinyanyikan saya merasakan suasana yang sangat
teduh, lagu “Aku Abdi Tuhan” membuat saya merinding apalagi di saat kalimat
“Tuhan berkenan pada yang hina, seumur hidup aku tetap jadi abdi-Nya” kata-kata
tersebut menggambarkan kesederhanaan, Tuhan mengambil pekerja-pekerja bukan
hanya dari orang-orang yang hebat tetapi juga yang sederhana dan mau dipanggil.
Saat berlangsungnya misa cukup hikmat kami ikuti, saya pribadi sangat merinding
dan merasa bangga serta senang melihat misa Tahbisan seperti ini. Saat penumpangan
tangan, para imam memberikan dukungannya, lagu “Ajarilah Kami Menjadi Gembala yang
Baik” menghantar para imam menuju para Diakon.
Dari 8 orang imam
Diosesan Keuskupan Agung Jakarta 4 merupakan alumni Seminari Wacana Bhakti dan
3 pernah bertugas di Seminari Wacana Bhakti. 4 orang alumni tersebut adalah RD
Yogo, RD Angga, RD Rafael dan RD Aldo, 3 orang yang pernah bertugas di Seminari
Wacana Bhakti adalah RD Anto, RD Yakin dan RD Pramono. RD Yakin dan RD Pramono
adalah guru saya dan teman-teman angkatan saya saat KPP, RD Yakin mengajar
sejarah Gereja dan RD Pramono mengajar liturgi. Kami sangat bahagia sekali
karena mereka telah menjadi imam, kebahagiaan mereka dapat kami rasakan juga
dengan baik. Dari sebelum mengikuti perayaan misa tahbisan hingga setelah
mengikuti misa tahbisan saya merasakan kebahagiaan yang sangat mendalam dan perasaan
bangga, mengikuti misa ini membuat saya menjadi semakin semangat dalam
menjalani panggilan ini. Tahbisan kali ini mengambil tema “Melayani dengan
Gembira dan Tulus Hati”.
Dari pengalaman
mengikuti acara tahbisan ini saya menyadari bahwa tahbisan adalah rahmat dan tidak
dapat dipaksakan. Orang-orang yang menerima tahbisan haruslah bersemangat dan
penuh dengan sukacita. Mereka memaknai panggilan Tuhan secara penuh hingga
akhirnya dapat ditahbiskan. Kesetiaan yang tinggi merupakan kunci untuk dapat
menjalani hidup panggilan dengan baik. Dalam khotbah Bapak Uskup, Mgr. Ignatius
Suharyo, Pr beliau mengatakan bahwa motto “Melayani dengan Gembira dan Tulus
Hati” merupakan motto yang bagus dan mudah diucapkan namun hal tersebut
sulitlah untuk direalisasikan. Para imam tertahbis dan para imam lainnya
haruslah dapat merealisasikan hal tersebut dengan baik. Motto tersebut saya
coba rasakan agar dapat saya terapkan dalam hidup saya ini karena motto
tersebut tidak hanya berlaku untuk para imam tetapi seluruh masyarakat gereja.
Saat misa tahbisan ini saya juga membayangkan bahwa semoga suatu hari nanti
saya dapat maju ke depan altar seperti mereka, dengan kedua orang tua saya
mendampingi dengan suka cita hati. Semoga Tuhan merestui maksud hati saya ini.
Saya merasakan
kasih Allah di saat melihat upacara tahbisan ini, Tuhan sungguh hadir dan
menguatkan mereka di jalan panggilan hingga dapat tertahbis seperti itu. Rahmat
dan karunia Tuhan selalu hadir dalam diri mereka, saya berharap Tuhan juga
selalu hadir dan menyertai saya dalam kehidupan ini. Allah yang murah hati dan
pengertian hadir pada saat tahbisan itu. Rahmat yang indah yaitu tahbisan
menjadi hal yang ia berikan secara cuma-cuma pada orang yang setia kepadanya.
Makna keseluruhan
dari tahbisan ini saya tuliskan di judul refleksi ini “Imamat Karya Kasih
Allah”. Tuhan mengasihi umatnya dan memberikan tahbisan imamat, saya berharap
suatu hari nanti Tuhan akan memberikan saya rahmat tersebut dan semoga saya
dapat mencapai hal tersebut dengan sepenuh hati serta semangat. Melihat misa
tahbisan ini membuat panggilan saya semakin mantap dan semakin bersemangat
dalam panggilan hidup ini. Selama perayaan tahbisan saya merasakan Tuhan hadir
ditengah-tengah kami lewat tahbisan. Tuhan sungguh menyenagkan hati., saya
sampai merinding melihat perayaan ini. Sebagai calon imam saya ingin
mengembangkan rasa peka saya, saya juga berharap dan meningkatkan intelektual
serta kegiatan-kegiatan yang membuat saya menjadi orany yang rendah hati. Ya
Tuhan berkatilah kami selalu yang sedang berjuang dalam jalan panggilan-Mu.